Sejumlah fosil manusia dan binatang purba ditemukan di situs Kedungbrubus, Desa Bulu, Pilangkenceng, Madiun. Fosil itu ditemukan dalam penggalian di areal Waduk Kedungbrubus yang merupakan situs bersejarah tempat tinggal kehidupan pra sejarah.
Penggalian dilakukan tim ekskavasi dari Badan Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran yang berjumlah 23 orang sejak 21 Juli lalu. Tim itu terdiri dari enam arkeolog dalam negeri dan para peneliti di bidang geologi, biologi, kimia, geografi, serta sejumlah tenaga teknis penggalian.
“Setidaknya ada 10-11 fragmen fosil hewan dan manusia purba yang diduga berusia 700-800 ribu tahun,” kata Ketua Tim Eskavasi BPSMP Sangiran Ilham Abdullah, Rabu lalu.
Fosil hewan purba yang ditemukan antara lain paha binatang dari genus stegedon atau gajah purba, gigi dan tulang rusuk rhinoceros atau badak purba, plastron atau tulang tempurung bawah kura-kura purba, serta gigi dan tulang paha hewan genus bovidae atau kerbau purba. Selain fosil hewan purba, tim arkeologi juga menemukan gigi manusia purba.
Berdasarkan karakter lapisan tanah di lokasi, tim memutuskan menggali empat titik area yang diduga menyimpan peninggalan pra sejarah. “Sepekan terakhir kami telah menggali di empat titik dengan kedalaman 1-4 meter,” kata Ilham.
Penggalian itu dilakukan berdasarkan studi pustaka dan penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG) Bandung. “Dalam studi pustaka, tim menemukan bahwa fosil pertama yang ditemukan di Indonesia sebenarnya bukan di Trinil, Ngawi tapi di Kedungbrubus ini yaitu pada tahun 1890 oleh Eugene Dubois dari Belanda,” katanya.
Penemuan di Trinil terjadi pada 1891 namun dirilis lebih dulu sehingga menjadi lebih terkenal. Penggalian ini bertujuan membuktikan kekayaan fosil situs Kedungbrubus. Apalagi, dalam berbagai literatur, situs itu menjadi salah satu lokasi yang sering disebut dan diteliti.
Suwito Nugroho, ahli geologi yang tergabung dalam tim itu mengatakan, perkiraan usia fosil dihitung berdasarkan karakter dan susunan lapisan tanah di daerah tersebut. Lapisan tanah itu terbentuk akibat adanya aliran air ke bawah.
“Mungkin daerah ini dulu adalah cekungan tanah yang merupakan danau atau sungai yang airnya tidak terlalu berarus sehingga membentuk endapan,” katanya.
Hasil penelitiannya menyebutkan, tipe lapisan tanah terdiri dari tanah berpasir, tanah bergamping, dan lempung. Lapisan seperti ini menunjukkan bahwa endapan lapisan tanah terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. “Perkiraannya endapan terjadi selama 700-800 ribu tahun,” katanya.
Sumber : Tempo