Sebuah tato elektronik disebut-sebut dapat digunakan sebagai cara revolusioner dalam menangani pasien. Tato serupa juga dapat jadi terobosan dalam game komputer.
Tato itu sebetulnya merupakan sebuah sensor yang ketebalannya 50 mikrometer--lebih tipis dari rambut manusia--yang ditempelkan di kulit manusia. Perangkat tersebut mengerut dan merenggang seusai dengan elastisitas kulit. Sensor dilengkapi sel surya berukuran kecil yang berfungsi sebagai sumber listrik.
Cara baru ini diharapkan bisa jadi alternatif dari setumpuk perangkat yang saat ini digunakan di rumah-rumah sakit. Saat ini, perangkat yang digunakan untuk mengawasi tanda-tanda vital pada pasien, seperti detak jantung dan gelombang otak, identik dengan bentangan kabel, tempelan lengket berselubung gel dan monitor.
Dalam penelitian, tato tersebut digunakan untuk mengukur aktivitas listrik pada kaki, jantung, dan otak. Hasil pengukuran yang didapat sama seperti yang didapat dengan metode tradisional.
Ilmuwan juga menciptakan sensor serupa dengan ukuran yang lebih kecil. Sensor tersebut ditujukan untuk memonitor pasien yang masih bayi atau pasien yang menderita sesak napas saat tidur.
Alat ini bisa digunakan sampai 24 jam tanpa menyebabkan kehilangan fungsinya atau mengakibatkan iritasi kulit. Masalah akan muncul jika sensor digunakan terlalu lama. Kulit harus terus-menerus memproduksi sel-sel baru dan mematikan sel-sel permukaan terluar. Sementara itu, sensor tidak dapat ditempel pada sel kulit mati, sehingga sensor baru harus ditempel sedikitnya setiap dua minggu sekali.
Game Komputer
Para peneliti juga menemukan kemungkinan implementasi tato ini untuk permainan komputer. Jika ditempel di tenggorokan, tato ini bisa mengenali kata-kata yang berbeda seperti "up", "down", "left", "right", "go", dan "stop".
John Rogers, professor bidang rekayasa material dari University of Illinois mengatakan, "Tujuan kami adalah untuk mengembangkan teknologi elektronik yang dapat diintegrasikan dengan kulit yang bisa dilihat oleh pengguna. Ini adalah teknologi yang mengaburkan batasan antara elektronika dan biologi."
Zhenqiang Ma, seorang ahli elektronik dan komputer dari University of Wisconsin berpendapat bahwa alat ini bisa mengatasi masalah tumpukan sensor. "Sebuah kulit elektronik akan membantu menangani masalah-masalah ini dan memungkinkan proses pengawasan menjadi lebih sederhana, lebih handal dan tidak bisa disela," kata Ma. "Teknologi ini sudah terbukti bisa digunakan dan rendah biaya," tambahnya.
Sumber : National Geographic indonesia
John Rogers, professor bidang rekayasa material dari University of Illinois mengatakan, "Tujuan kami adalah untuk mengembangkan teknologi elektronik yang dapat diintegrasikan dengan kulit yang bisa dilihat oleh pengguna. Ini adalah teknologi yang mengaburkan batasan antara elektronika dan biologi."
Zhenqiang Ma, seorang ahli elektronik dan komputer dari University of Wisconsin berpendapat bahwa alat ini bisa mengatasi masalah tumpukan sensor. "Sebuah kulit elektronik akan membantu menangani masalah-masalah ini dan memungkinkan proses pengawasan menjadi lebih sederhana, lebih handal dan tidak bisa disela," kata Ma. "Teknologi ini sudah terbukti bisa digunakan dan rendah biaya," tambahnya.
Sumber : National Geographic indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar